Kamis, 28 Januari 2010

Kepemimpinan Visioner

Dengan tidak bermaksud melecehkan negara dan bangsa sendiri dan tidak ada niatan menegasikan kinerja pemerintah Indonesia, kita harus mengakui bahwa kinerja Negara dan Bangsa Singapura jauh lebih baik daripada kinerja Negara dan Bangsa Indonesia. Kinerja antara keduanya seperti langit dan bumi.
Betapa tidak ditinjau dari kinerja apapun Singapura jauh lebih baik dari Indonesia, Dari produk domestik bruto, pendapatan perkapita, indeks pembangunan manusia, ranking perguruan tinggi Singapura jauh lebih unggul daripada Indonesia. Padahal potensi bangsa Indonesia jauh lebih besar dari bangsa Singapura, sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar dengan keanekaannya, serta tidak berkurangnya pasokan sumber daya manusia yang kreatif.
Lingkungan Singapura jauh lebih tertib, lebih tentram, lebih bersih daripada lingkungan Indonesia. Tentu saja, tingkat polusi lebih rendah di Singapura daripada Kota Bandung sekalipun.
Ketika penulis berjalan-jalan, lingkungan Singapura jauh lebih Islami daripada di Indonesia sendiri. Sunnah-sunnah Nabi jauh lebih hadir di lingkungan Singapura daripada Indonesia. Betapa tidak lingkungan di sepanjang pertokoan, perkantoran, dan perumahan terlihat bersih; toilet umum nyaman dan bersih, tidak terlihat orang merokok di sembarang tempat, kendaraan bermotor tidak saling serobot, bahkan kendaraan akan berhenti untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang.
Realitas kemajuan Singapura selayaknya menjadi bahan pembelajaran bagi bangsa Indonesia, mengapa Kinerja Singapura jauh lebih baik daripada Indonesia dalam banyak bidang? Bukan mencari-cari alasan misalnya dengan menyatakan karena luas wilayah Singapura jauh lebih kecil dari wilayah Indonesia atau karena jumlah penduduk Singapura jauh lebih sedikit dari penduduk Indonesia. Alasan-alasan tersebut terbantahkan dengan sendirinya setelah Indonesia menganut rezim pemerintahan desentralisasi di mana kekuasaan mengatur dan mengurus kebutuhan masyarakat berada di tangan pemerintah daerah—cakupan wilayah yang lebih kecil dan jumlah penduduk yang lebih sedikit.
Kinerja bangsa Singapura jauh lebih baik daripada kinerja bangsa Indonesia karena kepemimpinan nasional Singapura Visioner. Pemimpin Singapura memiliki visi kuat untuk membawa bangsa Singapura ke arah masyarakat yang diinginkan, yaitu masyarakat sejahtera secara ekonomi. Pemimpin Nasional Singapura mampu mensosialisasikan visi tersebut kepada setiap warga negara sehingga menjadi visi bersama dan meminta dukungan dan loyalitas setiap warga negara untuk mewujudkannya. Pemimpin nasional Singapura juga mampu merealisasikan visi yang telah dibuat menjadi kebijakan, strategi, dan program pembangunan dan pemerintahan yang jelas, tepat dan efisien.
Dalam merealisasikan visi, salah satunya pemerintah Singapura mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan hukum sebagai social engenering (hukum untuk merekayasa interaksi dan perilaku masyarakat, interaksi masyarakat dengan lingkungannya, interaksi negara dengan warga negara, interaksi negara dengan pihak swasta). Misalnya untuk menjaga ambang batas polusi dan ketertiban berkendaraan, Pemerintah Singapura mengeluarkan kebijakan pembatasan kepemilikan kendaraan. Kebijakan ini dilakukan melalui strategi pembebanan fiscal tinggi terhadap pemilik kendaraan, pengenaan biaya bagi anggota masyarakat yang ingin memiliki kendaraan pribadi (surat ijin kepemilikan) untuk lima sekali, bunga kredit kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi, pembatasan tahun kendaraan.
Untuk melaksanakan kebijakan dan strategi di atas, Pemerintah Singapura mengeluarkan beberapa program seperti program angkutan publik (umum) yang cepat, nyaman, aman, dan murah. Tak kalah pentingnya adalah program penegakan disiplin dalam berlalu lintas sehingga bagi pelanggar lalu lintas dikenakan sanksi yang tegas (masuk penjara atau denda) yang membuat kapok pelanggar mengulanginya lagi.
Semua rekayasa sosial dilakukan dengan memberikan kejelasan hukum (rule of the game) dan penegakan hukum (rule of the law) kepada siapapun. Artinya hukumnya jelas tidak mengandung ambivalensi dan siapapun yang melanggar hukum akan ditindak dengan tegas. Misalnya siapapun yang membuang sampah atau puntung rokok sembarangan maka akan diberi sanksi denda 200 dollar Singapura atau kurungan 3 bulan penjara. Bahkan dapat dikatakan salah satu kunci keberhasilan Singapura dalam banyak bidang tadi adalah kejelasan hukum serta penegakan hukum yang konsisten dan tidak diskriminatif.
Pemimpin Pemerintah Singapura juga memiliki visi yang kuat bagaimana pengelolaan tata ruang di wilayah teritorialnya. Pengelolaan tata ruang ini harus dilakukan karena keterbatasan ruang dan sumber daya alam yang dimiliki Singapura. Karena itu Singapura tidak memperkenalkan kepemilikan tanah dan gedung pribadi dalam hukum agrarianya, tetapi setiap warga negara dan penduduk hanya diberikan hak pakai dalam jangka waktu tertentu. Rekayasa hukum kepemilikan tanah semacam ini memudahkan pemerintah Singapura menata ruang di wilayah teritorialnya.
Demikian juga Singapura memiliki SDM yang unggul dalam manajemen dan iptek, mampu memanfaatkan keunggulan manajemen dan iptek tersebut untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang dibutuhkan untuk kepentingan pemerintah dan rakyat Singapura, dan bahkan dijual kepada bangsa lain. Para investor berbondong-bondong menginvestasikan modalnya di Singapura karena adanya jaminan keamanan dan konsistensi hukum sehingga kelancaran usaha terjamin, keuntungan pun mengalir ke kocek pengusaha. Bukankah itu terpenting bagi investor ada ekspektasi besar untuk mendapatkan keuntungan.
Pemimpin dan rakyat Singapura memiliki kesadaran akan keterbatasan sumber daya alam dan sumber daya lahan karena itu mereka memiliki mindset bagaimana bisa survival pada era hiperkompetisi . Kesadaran semacam ini mendorong pemimpin dan rakyat Singapura memiliki mindset mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan-kepentingan lain. Kasus kematian mahasiswa Indonesia, David, menjadi contohnya.Apakah Indonesia dapat memiliki kinerja seperti Singapura? Jawabannya terpulang kepada Pemimpin dan rakyat Indonesia dalam memaksimalkan peluang, mengatasi tantangan, serta memberdayakan kekuatan untuk menutupi kelemahan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar